Minggu, 12 Juni 2016

:')

Tulisan ini mungkin datang sedikit terlambat dari target penerbitan.
tulisan ini aku buat dihari pertama menjelang puasa, dihari pertama sahur, dan dihari pertamaku menyambut bulan suci Ramadhan ini tanpa kamu, dan mungkin akan menjadi tahun pertamaku menyambut Idul Fitri tanpa kehadiranmu...

Akankah kau kembali pulang?
menemaniku lagi melewati sepi,
menungguku pulang diteras rumah,
lalu mendengarkan celotehanku tentang bagaimana menyebalkannya hariku,?

Haruskah aku memintamu lagi dari-Nya?
haruskah aku mengikutimu kesana?
haruskah aku mencari mesin waktu hanya untuk mengulang masa-masa yang aku lewatkan tanpa dirimu?
Atau haruskah aku relakan semuanya? 
lalu menerima hari-hari sepi setelah kau pergi bersama-Nya?
Haruskah...??!

Aku merindukanmu pulang,
aku merindukan hari dimana kau menelfonku hanya untuk memesan apa yang ingin kau makan ketika berbuka...
aku merindukan hari dimana aku melihat kau kepanasan setelah tarawih hingga basah,
aku merindukan melihat kau tertawa terbahak-terbahak akan acara tv yang kau lihat,
aku merindukanmu pulang,,

begitu perihkah merindukanmu pulang,
kenapa begitu sakit menginginkanmu untuk kembali datang....

Sampai kapan aku harus menjalani hidup dengan penuh sepi,,,
sampai kapan aku harus menjalani hidup tanpa kau yang menemaniku melewati hari,..
sampai kapan aku begini,
membiarkan orang lain melihatku tertawa bahagia namun kenyataanya malah sebaliknya,
sampai kapan?




Kenapa kau tak membawa sertaku......

:")

Jumat, 23 Oktober 2015

hmm...

ada hal yang dilakukan seseorang agar terlihat lebih indah dan lebih baik dimata orang lain,
bahkan sampai ia merelakan sebagian dari dirinya sendiri menghilang untuk membahagiakan orang tersebut, namun ketika lelahnya terasa sudah tak diinginkan lagi oleh orang tersebut,
bahkan menolehkan senyumpun orang itu sudah tak mau,
masih pantaskah dia menunggu?
bukankah pepatah selalu berkata "jodoh tak akan kemana"
namun mengapa dia masih menunggu ?
bukankah menunggu itu melelahkan? namun mengapa dia masih menunggu?
ada satu jawaban kenapa dia masih bertahan untuk menunggu,,
cinta dan kasihnya yang tulus,
bukankah dengan begitu saja sudah cukup menguatkan untuk dia saling memiliki ?
ternyata tak cukup.
karna apa yang dia rasa, tak pernah dia beritahu kepadanya yang lain,
lalu bagaimana orang itu bisa mengerti ?
lalu untuk apa dia menunggu tanpa memberitahu dulu?
bukankah akan terasa sia sia penantian panjangnya selama ini ?
bukankah akan terasa bodoh bila membuang waktu hanya untuk menunggu seseorang yang bahkan tidak tahu apa yang sesungguhnya kita rasakan.
bodoh bukan?
namun ia tetap melakukannya selama dua tahun lebih,
menyayangi orang tersebut tanpa berharap timbal balik rasa.
menunggu orang yang sudah mulai bosan dan jenuh akan perhatiannya,
namun dengan keyakinan, dia tahu bahwa orang tersebut akan kembali ketika dia pergi,,
kembali kepadanya disaat dia mulai lelah pula dengan mereka yang lain.
bukankah kapal yang berlayar akan kembali pada pelabuhannya juga?
lantas apa yang akan terjadi kepada mereka?
jika rasa yang ada serta ketulusan yang lahir hanya dari sebelah pihak semata...

Kamis, 02 April 2015

Seperti bintang

Perjalanan cintaku sepertinya memang harus berhenti disini.
Mencintaimu dalam diam, Ternyata tidak seindah waktu aku mencintai 22.
Hampir sama meski tak serupa.
Mencintai 22 dalam diam memberikan aku bahagia yang entah bagaimana harus aku mendefinisikannya.
Meskipun, rasa sakit yang aku rasa juga sama.
Sulit didefinisikan.

Tapi entah bagaimana,
Dengan melihatnya tertawa saja, aku bisa ikut tertawa.
melihat senyumnya aku bahagia.

Sekarang setelah aku mulai belajar melupakannya dalam diam.
Aku memulainya kembali,
Mencintaimu dalam diam.
Tak banyak perbedaan antara mencintaimu atau dia.
Hanya saja...
Ketika melihatmu tertawa bahagia dengan dia yang lain,
Aku terluka.
Semakin sering aku melihatnya.
Aku semakin terluka.
Entah bagaimana mendefinisikannya,
Semakin sering aku melihatmu bahagia.
Sesering itu pula aku terluka.

Aku memilih berhenti untuk mencintaimu dalam diam.
Bukan karna aku takut
Perasaanmu bukan untukku.
Melainkan opini beberapa orang yang membuat aku merasa malu,
Membuat aku terdiam bahkan sempat meneteskan air mataku,
Mereka menyebutku "musuh dalam selimut"
"Perebut kekasih orang" bahkan yang lebih kejam mereka menyebutku "munafik"

Entah opini itu keluar atas dasar apa,
Seperti halnya manusia biasa,
Aku hanya bisa menerima,
Mungkin karna sikapku yang berlebihan terhadapmu...
Yang membuat orang lain berfikir...
Aku berusaha keras untuk mendapatkan kamu.

Lucu memang...
Seperti halnya bintang,
aku hanya mampu memberikan cahaya kecilku terhadap langit malam.
Tapi mereka melupakan Bulan yang mampu memberikanmu cahaya yang lebih terang.

Maaf untuk segala rasa yang sempat hadir.
Maaf untuk segala perhatian yg tak kau ingini.
Maaf karna telah lancang menjadi salah satu bintang yang hanya mampu memberikan cahaya kecilnya untukmu yg begitu luas dan besar..

Maaf.

Selasa, 17 Maret 2015

Untukmu 22

Untuk kamu yang pernah menjadi bagian terbaik diusiaku sebelum 21.

Aku mengucapkan rasa terima kasih yang gak tau gimana besarnya..
untuk segala rasa, untuk segala luka,aku tidak pilih kasih..
Aku ucapkan terima kasih untuk semuanya,

Ada sebuah janji yang mengharuskan aku meninggalkan segalanya tentang kamu diusiaku Yg ke- 21 ini.
Berat memang.
Karna mencintai,menyayangi serta merindukan kamu adalah rutinitasku beberapa tahun terakhir ini.
Jatuh cinta diam diam.
Sakit hati yang tertahankan.
Hidup dalam tekanan menahan rasa pahitnya diabaikan, serta merindukan senyummu dari kejauhan.
Seperti kebiasaan, tetapi jika tidak aku luruskan mungkin akan tetap menjadi bumerang untuk aku melangkah kedepan lagi.

Terima kasih, karna telah hadir dan memberikan aku rasa rasa ini.
Terima kasih, karna telah mengajarkan aku tentang sakitnya patah hati, dan pahitnya diabaikan.

Setidaknya setelah hari ini.
Kamu akan tau, ada hati yang hampir dua tahun menunggu dalam diam,
Sambil menikmati rasa sakit karna pengAbaian.
Setidaknya setelah hari ini pun,
Kamu akan tau, ada hati yang mulai beranjak pergi setelah hampir dua tahun menunggu.

Aku tidak berharap kamu menyesal akan semuanya.
Aku juga tidak berharap, kamu akan menyadarinya setelah kelelahanku.
Aku hanya berharap,
Orang yang mendampingi kamu sekarang atau nantinya,
Adalah orang yang benar kamu inginkan.
Tanpa memberinya rasa sakit.
Tanpa memberinya rasa pahit.
Dan tanpa memberinya luka karna pengabaian.
Biarlah aku, dengan seluruh pengorbananku yang merasakan rasa itu.
dia beserta masa depanmu,
Jangan kamu perbolehkan untuk ikut merasakannya.

Terima kasih kamu...
Sebuah nama yang tak dapat kusebut.
Sebuah kisah yang tak dapat kulupa.
Dan sebuah hati yang tak dapat kuraih.
Serta sebuah cinta yang tak dapat kumiliki...

Untukmu 22 ❤

Rabu, 04 Maret 2015

D.i.a

cinta...
Sebuah cerita dimana aku dan dia dipertemukan oleh ketidaksengajaan.. yang berlanjut pada sebuah hubungan pertemanan.
lalu dihiasi dengan iring iringan perjalanan indah kebersamaan.
Entah berapa lama aku sudah tak pernah merasakan lagi rasa yang seperti ini.
Hingga aku sadari...
pada akhirnya aku sakit lagi :")

Rasa yang aku gak pernah tau kapan terciptanya, kapan tumbuhnya, dan kapan benih itu tertanam.
Sehingga pada akhirnya aku merasakan luka,sakit, bahkan perih untuk kedua kalinya.

Terlambat...

Sebuah kata yang paling indah.
Namun juga menjadi kata bumerang untuk sebuah kisah yang tak tahu kapan dimulainya.
Kisah Yang berjalan mengikuti arus yang membawanya,
kisah Yang berjalan tanpa tahu bagaimana rasa sebenernya,
Hingga akhirnya ...
Yang telah terbiasa melakukan apa-apa bersama perlahan pergi untuk mencari cintanya didalam hati seseorang teman lainnya.

Sementara aku?
Hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya.
Hanya bisa memohon yang terindah untuk kebahagiannya,
Hanya bisa meminta wanita pilihannya adalah wanita yang mampu membuatnya sempurna.

Hanya itu...
Aku tak mampu menolak apa yang telah terjadi dihadapanku..
Kamu dan dia,
Mungkin telah ditakdirkan untuk bersama.
Namun cara takdir mempertemukan kalian,
dengan Menggunakan aku sebagai umpannya.

Sakit.
Perih.
Seperti luka lama yang telah terjahit rapih.
Lalu terkoyak kembali.
Disaat aku sudah terbiasa memulai semuanya tanpa dia.
Kamu hadir seperti perisai,
Menghibur. Menemani. Bahkan sebagai pendengar yang baik.
Namun disaat aku sudah terlalu nyaman dengan semua itu,
Takdir membawamu pergi pada hati yang lain.
Seseorang yang tak jauh dari sisi.
Sisimu bahkan sisiku.
Aku seolah dejavu...
Tapi aku tau aku tak boleh egois.
Karna disaat aku egois aku akan kehilangan semuanya.
Kamu bahkan dia.

Luka itu yang memperingatkanku untuk bersikap dewasa.
Luka itu yang mengajarkanku untuk tidak memaksakan sesuatu.
Luka yang kamu tutupi dan pada akhirnya kamu juga yang melukai.

Aku...
Kehilangan selera untuk mencintai siapa siapa sekarang.
Karna disaat aku jatuh cinta,
Akan datang sosok lain yang menyilaukan matanya, lalu memilih untuk pergi..
Meninggalkan aku beserta lukaku sendiri.
Sendirian...
aku takut jatuh cinta.
Bukan karna takut patah hati.
Aku takut jatuh cinta..
Karna aku takut melukai orang lain lagi..