Kamis, 02 April 2015

Seperti bintang

Perjalanan cintaku sepertinya memang harus berhenti disini.
Mencintaimu dalam diam, Ternyata tidak seindah waktu aku mencintai 22.
Hampir sama meski tak serupa.
Mencintai 22 dalam diam memberikan aku bahagia yang entah bagaimana harus aku mendefinisikannya.
Meskipun, rasa sakit yang aku rasa juga sama.
Sulit didefinisikan.

Tapi entah bagaimana,
Dengan melihatnya tertawa saja, aku bisa ikut tertawa.
melihat senyumnya aku bahagia.

Sekarang setelah aku mulai belajar melupakannya dalam diam.
Aku memulainya kembali,
Mencintaimu dalam diam.
Tak banyak perbedaan antara mencintaimu atau dia.
Hanya saja...
Ketika melihatmu tertawa bahagia dengan dia yang lain,
Aku terluka.
Semakin sering aku melihatnya.
Aku semakin terluka.
Entah bagaimana mendefinisikannya,
Semakin sering aku melihatmu bahagia.
Sesering itu pula aku terluka.

Aku memilih berhenti untuk mencintaimu dalam diam.
Bukan karna aku takut
Perasaanmu bukan untukku.
Melainkan opini beberapa orang yang membuat aku merasa malu,
Membuat aku terdiam bahkan sempat meneteskan air mataku,
Mereka menyebutku "musuh dalam selimut"
"Perebut kekasih orang" bahkan yang lebih kejam mereka menyebutku "munafik"

Entah opini itu keluar atas dasar apa,
Seperti halnya manusia biasa,
Aku hanya bisa menerima,
Mungkin karna sikapku yang berlebihan terhadapmu...
Yang membuat orang lain berfikir...
Aku berusaha keras untuk mendapatkan kamu.

Lucu memang...
Seperti halnya bintang,
aku hanya mampu memberikan cahaya kecilku terhadap langit malam.
Tapi mereka melupakan Bulan yang mampu memberikanmu cahaya yang lebih terang.

Maaf untuk segala rasa yang sempat hadir.
Maaf untuk segala perhatian yg tak kau ingini.
Maaf karna telah lancang menjadi salah satu bintang yang hanya mampu memberikan cahaya kecilnya untukmu yg begitu luas dan besar..

Maaf.